Sukses

Pengusaha Sebut Ekonomi RI Anti Klimaks

Sektor pariwisata diramalkan akan menjadi penghasil devisa nomor satu terbesar di Indonesia pada 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia dinilai pengusaha nasional terlalu bergantung kepada negara lain. Akibatnya, jika terjadi krisis ekonomi global maka Indonesia menjadi negara yang selalu terdampak dan membutuhkan waktu yang lama untuk pulih kembali. 

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Perbankan, Keuangan dan Pasar Modal, Rosan P. Roeslani mengungkapkan, banyak pihak memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal meroket pada 1998 karena Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) era Orde Lama. Namun ternyata prediksi tersebut meleset. Indonesia justru dihantam badai krisis moneter 1998 sehingga ekonomi Negara ini tumbang.

"Ekonomi kita ini anti klimaks. Sekarang saja krisis lagi, tapi pemerintah menyatakannya ini kemunduran ekonomi yang disebabkan faktor global. Saat 1998 pun disebut karena faktor global, tapi giliran ekonomi Indonesia maju, kita tidak mau mengakui itu lantaran faktor global," ujarnya di Jakarta, Minggu (15/11/2015).


Presiden Direktur PT Recapital Advisor ini menjelaskan, Indonesia mampu mendulang pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen sampai periode 2012 karena tingginya harga komoditas dan pencapaian pertumbuhan ekonomi China yang di atas 10 persen sehingga meningkatkan permintaan komoditas, seperti hasil pertanian dan pertambangan.

Diakui Rosan, Negara ini juga begitu dipuja investor pada periode 2011-2012 mengingat laporan sejumlah lembaga internasional bahwa perekonomian Indonesia diprediksi melesat menjadi posisi 6 atau 7 terbesar di dunia pada 2030.

"Tapi nyatanya kita tidak punya fondasi yang kuat dan maju karena diri kita sendiri. Kita lupa membangun industri nasional yang sehat dan kuat, sehingga yang terjadi kita justru mengalami deindustrialisasi karena pertumbuhan industri menurun selama 20 tahun terakhir," tegas Rosan.

Industri, dikatakannya, bukan hanya yang mempunyai sebuah bisnis dan pabrik, namun bisa mentransfer modal itu untuk melahirkan sebuah inovasi supaya dapat menciptakan produk bernilai tambah, kompetitif, di tengah keterbatasan permodalan, teknologi maupun sumber daya manusia.

"Jadi kita harus membangun industri kemaritiman, hilirasi komoditas dan industri wisata maupun industri kreatif. Karena tantangan perekonomian Indonesia tidak mudah dengan membangun industri nasional yang sehat dan kuat," paparnya.

Rosan mengaku, sektor pariwisata diramalkan akan menjadi penghasil devisa nomor satu terbesar di Indonesia pada 2022 dari posisi saat ini keempat. Industri kreatif telah melahirkan ratusan start up dengan total aliran dana masuk dari investor mencapai US$ 1 miliar sepanjang Januari-sekarang ini.

"US$ 1 miliar kalau buat bangun infrastruktur sudah lumayan sekali. Tapi ini investasi asing yang masuk ke start up Go-Jek dengan suntikan dana US$ 250 juta, Tokopedia US$ 100 juta, dan Traveloka mendapat injeksi US$ 150 juta, belum termasuk Lazada dan lainnya," pungkas salah satu pengusaha pemilik klub Inter Milan ini. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.