Sukses

Dunia Didera Masalah, Rupiah Masih Belum Aman

Data pergerakan nilai tukar rupiah menunjukkan tanda positif karena mulai meredanya spekulasi kebijakan The Fed.

Liputan6.com, Jakarta - Data pergerakan [nilai tukar rupiah](2336899 '') menunjukkan tanda positif karena mulai meredanya spekulasi kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Hanya saja, anomali kondisi perekonomian saat ini tetap perlu diwaspadai sehingga sangat rentan bagi laju kurs rupiah. 
 
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution saat ditemui di kantornya mengatakan, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tetap perlu mewaspadai gejolak ekonomi dunia yang belum hilang, termasuk guncangan perekonomian nasional.  
 
"Siapa bilang kita tidak waspada, karena bukan berarti dengan begini semua bisa selesai. Ekonomi di dunia pun belum selesai persoalannya, apalagi ekonomi kita. Jadi tidak ada yang aneh, tapi dengan situasi sekarang ini, jangan ambil kesimpulan semuanya sudah beres, tapi tendensinya bagus," ucapnya, Jumat (9/10/2015).
 
Dirinya mengaku sedang mengusulkan kepada BI untuk menghitung nilai fundamental rupiah terhadap dolar AS. "Sebetulnya saya sedang mengusulkan ke teman-teman di BI untuk menghitung nilai fundamental rupiah berapa sih per dolar AS?. Memang ini perlu ada hitungan lebih mendalam," tegas Mantan Gubernur BI itu. 
 
Kurs rupiah tercatat mengalami penguatan lebih dari 6 persen sejak awal Oktober ini. Namun posisi kemarin (8/10/2015) sempat merosot lagi ke level 13.800-an per dolar AS. 
 
Darmin menceritakan, ada kekhawatiran saat mengikuti pergerakan naik turunnya nilai tukar rupiah dilihat dari asumsi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016. 
 
"Kemarin saya agak was-was melihat rupiah agak berhenti di level 13.800 per dolar AS. Saya mulai khawatir pasar ragu-ragu karena asumsinya rupiah 13.700 per dolar AS dalam RAPBN 2016," ujar dia.
 
Tapi tak disangka, kata Darmin, kurs rupiah akhirnya terangkat ke level 13.400 per dolar AS karena spekulasi dan pembelian dolar AS mulai mereda. Kondisi tersebut, sambungnya, memberi kepastian bagi dunia usaha untuk menjalankan bisnis ke depan. 
 
"Tapi ternyata tembus (menguat). Artinya kecenderungan membeli dolar AS dan spekulasi yang terjadi di 4-6 minggu terakhir, sudah terlihat mulai berhenti. Ini membuka kesempatan bagi dunia usaha untuk mengambil keputusan mengenai bisnisnya," terang dia. 
 
Darmin berharap, paket kebijakan ekonomi jilid I, II dan III yang dapat direspons positif pelaku usaha untuk menjadi insentif dan memulai bisnis mereka di Indonesia. Dengan begitu, aliran modal yang masuk bisa membantu rupiah semakin terangkat.  (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini