Sukses

Siapkah Yunani Ganti Mata Uang Euro ke Drachma?

Penolakan rakyat Yunani tersebut dapat memicu negaranya untuk keluar dari zona euro dan membuatnya kembali menggunakan drachma

Liputan6.com, Athena - Sebagian besar rakyat Yunani menolak seluruh ketentuan dana talangan dari para kreditor internasional dengan 61,3 persen memilih `Tidak` pada referendum yang digelar pada 5 Juli kemarin. Penolakan rakyat Yunani tersebut dapat memicu negaranya untuk keluar dari zona euro dan membuatnya harus kembali menggunakan drachma (mata uang Yunani sebelum bergabung dengan zona euro).

Melansir laman Bloomberg, Senin (6/7/2015), mengenalkan mata uang baru bukan persoalan mudah, bahkan meskipun mata uang tersebut pernah digunakan sebelumnya.

"Sejarah menunjukkan pergantian mata uang akan menjadi hal yang sangat menantang. Situasi di Yunani mungkin semakin bertambah buruk karena masih belum jelas apakah Yunani memiliki kapasitas administratif yang cukup untuk berganti mata uang bari dengan sangat cepat," tutur Profesor Economics di London Business School, Richard Portes.

Sebelumnya, pemerintah Yunani mengatakan, pihaknya berniat untuk tetap menggunakan euro bahkan dengan hasil pemilihan saat ini. Namun berbagai ekonom mengatakan, justru akan semakin sulit setelah pilihan `Tidak`.

Itu lantaran saat ini, sistem perbankan Yunani masih tergantung pada dukungan dari Bank Sentral Euro. Itu akan mendorong Yunani untuk menciptakan alat tukarnya sendiri, drachma yang baru untuk membuat ekonominya tetap berputar.

"Yang paling menantang dari pergantian mata uang adalah membangun proses distribusi yang efisien dan memastikan mata uang itu tersedia di mana pun," kata Head of Treasury Directory di Bank Sentral Kroasia Boris Raguz.

Kesulitan lain yang akan dialami Yunani adalah saat bank-bank mulai menerbitkan mata uang drachma. Penyebarannya juga dapat terganjal jika sebagian toko hanya ingin menerima pembelian dengan euro lantaran ragu dengan nilai dari drachma.

"Kapan konversinya dilakukan? Di level berapa? Itu pertanyaan besar," kata Professor of Economics di Insead Business School, Antonio Fatas.

Yunani juga akan mengalami kerumitan lantaran transisi mata uang itu akan terjadi sangat cepat dengan sedikit rencana. Tak seperti sebagian besar mata uang lain, euro tampak tetap akan beredar tak peduli apa alasannya.

Itu berarti, rakyat akan kesulitan menerima drachma. Sementara persoalan lain yang harus dihadapi Yunani adalah drachma akan dimulai dengan nilai tukar yang sangat lemah terhadap mata uang lain termasuk euro dan dolar AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.