Sukses

4 Kesalahan yang Sering Dibuat oleh Investor

Banyak investor melupakan langkah pengetatan moneter yang dilakukan oleh bank sentral Amerika atau The Federal Reserve (The Fed).

Liputan6.com, New York - Banyak orang ingin mengetahui seberapa tinggi indeks saham akan bergerak. Dengan mengetahui hal tersebut, investor pasar modal akan bisa melihat seberapa jauh mereka akan mendapat keuntungan.

Sayangnya, tak ada satupun yang bisa menjawab hal tersebut dengan pasti. Bahkan para analis Wall Street, sebutan bursa saham di Amerika Serikat (AS), pun tidak ada yang bisa menjawab dengan pasti.

Mereka sulit menebak apa yang akan terjadi di bursa dalam jangka pendek. Tetapi yang jelas, para analis tersebut mengetahui apa yang harus dilakukan dengan investasi Anda. Tentu saja, penempatan dana tersebut dengan strategi sehingga dana tidak hilang begitu saja.

Nah, saat ini banyak sekali investor melakukan investasi tidak sesuai dengan prinsip dasar investasi. Apa saja kesalahan yang biasa dilakukan oleh para investor sehingga dana investasinya bisa lenyap? dikutip dari CNN Money, Senin (28/7/2014), berikut nukilannya:

1. Tidak berinvestasi di pasar modal

Bukan rahasia lagi, investasi di pasar modal memberikan imbal hasil yang cukup tinggi selama bertahun-tahun.

Namun saat ini banyak sekali investor yang merasa takut untuk berinvestasi di pasar modal karena kejadian krisis yang membuat bursa saham anjlok.

Terlalu banyak investor yang hanya melihat atraksi yang dilakukan oleh indeks. Mereka lebih banyak memegang uang tunai saat ini.

Beberapa orang menunggu koreksi tetapi memang sulit untuk memastikan koreksi tersebut bakal terjadi. Saat menunggu, ternyata indeks telah bergerak cukup bagus.  Jika dilihat, Indeks S&P 500 telah menguat sebesar 180 persen sejak krisis 2009 lalu.

2. Berinvestasi di aset yang berisiko

Jebakan kedua yang sering membuat investor terjeblos adalah terlalu banyak dana yang ditempatkan di instrumen investasi surat utang jangka panjang yang memberikan bunga tinggi. Padahal sebenarnya surat utang tersebut adalah sampah.

Investor hanya melihat bahwa imbal hasil yang didapat dari surat utang tersebut tinggi. Tetapi tidak melihat bahwa risiko yang ada  juga besar.

Senior Analis Vanguard, Chris Philips menjelaskan, saat ini banyak sekali investor yang menaruh dananya di obligasi jangka panjang yang risikonya cukup besar dibanding dengan instrumen dengan risiko yang rendah.

3. Berpikir jangka pendek

Dalam berinvestasi, banyak investor yang melihat apa yang terjadi pada tahun lalu, bahkan minggu lalu. Padahal hal tersebut bukan menjadi sebuah landasan untuk investasi, untuk memperoleh imbal hasil yang besar dalam jangka panjang.

Investor seharusnya melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Warren Buffett bukan melakukan perdagangan harian namun jangka panjang. Investor harus meniru mental dari Warren Buffett.

4. Melupakan Inflasi

Banyak investor melupakan langkah pengetatan moneter yang dilakukan oleh bank sentral Amerika atau The Federal Reserve (The Fed). Ke depan, ada risiko kenaikan inflasi dengan adanya rencana penyesuaian suku bunga yang dilakukan oleh The Fed.

Dengan penyesuaian tersebut, imbal hasil yang diperoleh dari surat utang pendapatan tetap akan tergerus. Saham adalah perlindungan yang baik terhadap inflasi. (Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini